WEBINAR APIK: Strategi Komersialisasi Hasil Riset Vol 2
Penulis: Irfan Zidni, irfan.zidni12@gmail.com

Seringkali output riset yang mempunyai potensi kebermanfaatan yang tinggi, kurang bisa dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah produk yang dapat dipasarkan atau dihilirisasikan. Banyak faktor yang menyebabkan hasil penelitian tersebut sulit untuk dikomersialisasikan sehingga hanya berhenti sampai naskah tulisan saja seperti jurnal ilmiah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Asosiasi Peneliti Indonesia di Korea (APIK) mengadakan webinar dengan topik “Strategi Komersialisasi Hasil Riset” pada hari Sabtu, 18 Juni 2022. Webinar ini dilaksanakan dengan tujuan memberikan pengetahuan, wawasan, serta pengalaman mengenai tata cara mengkomersialisasikan hasil penelitian sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Webinar ini diisi oleh para narasumber dari bidang yang berbeda sehingga para peserta mendapatkan pengetahuan yang luas mengenai strategi komersialisasi hasil riset seperti komersialisasi hasil riset bidang industri petrokimia, industri mesin, industri medis, dan produk olahan lainnya. Peserta webinar ini terdiri dari para peneliti APIK serta para peneliti yang berasal dari lembaga riset/universitas di Indonesia dan Korea Selatan.
Pada kegiatan webinar ini, para narasumber memberikan beberapa tahapan agar hasil riset kita dapat berhasil dikomersialisasi diantaranya adalah studi market (bisa/tidaknya produk dipasarkan), strategi R&D atau research and development, test laboratorium, produk validasi, dilakukan paten/lisensi, produk dipasarkan, kemudian kita lakukan post market evaluation.
Masing-masing narasumber juga menyampaikan berbagai pengalaman dan hal yang menarik. Peneliti DL Chemical Korea, Dianta Ginting, Ph.D menerangkan mengenai Red Ocean Strategy vs Blue Ocean Strategy dimana ini membuka pikiran kita untuk menentukan langkah awal kita apakah akan membuat sesuatu hal yang baru atau hanya mengembangkan produk yang sudah ada/serupa, tentu dengan kekurangan dan kelebihannya.
Direktur PT DTech Inovasi Indonesia, Fajar Budi Laksono M.Eng juga memberikan semangat untuk bersama-sama menaikan rangking index inovasi Indonesia melalui komersialisasi hasil riset kita hingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Fajar juga menyebutkan kata kunci produk kita bisa mudah diterima di masyarakat yaitu “Better, Cheaper, and Faster”.
Peneliti Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk, BRIN, Muhammad Adly Rahandi Lubis, Ph.D juga menjelaskan juga akan tahapan riset dari hulu ke hilir melalui berbagai Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT 1-9) dan menjelaskan pentingnya paten terhadap produk kita. Selain itu dijelaskan juga mengenai pentingnya kolaborasi dengan industri, sehingga riset yang kita lakukan itu sejalan dengan kebutuhan industry.
Narasumber terakhir dari CEO ZENMED+, Allan Changrawinata mengatakan pengalamannya di bidang hilirisasi produk medis. Allan menggaris bawahi pentingnya “long journey” untuk mendapatkan kepercayaan ketika kita akan memasarkan produk-produk medis khususnya di Indonesia. Selain itu pentingnya berkolaborasi dengan praktisi terutama dalam bagian research, innovation, and development (RID) agar produk dapat lebih tervalidasi.

Rekaman diskusi ini dapat disaksikan ulang melalui youtube APIK, dan materi presentasi para narasumber dapat diperoleh di link di bawah berikut:
0 Comments